THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 24 Januari 2010

Berkebun di Area Bernaungan oleh: Mona Sintia / Arsitek Lanskap Bila mempunyai area naungan yang dominan di rumah, janganlah bersedih karena tidak dapat mempunyai taman yang indah. Lalu bagaimana menata dan memilih tanaman yang tahan dengan kondisi naungan? Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisa area taman yang ada. Caranya dengan memperhatikan arah mata angin dan pengenalan area sepanjang tahun. Untuk menentukan arah mata angin, disarankan untuk menggunakan kompas yang benar. Pergerakan terbit dan tenggelamnya matahari dapat mengakibatkan area taman dapat mempunyai area naungan di sekitar rumah. Saat terbit, matahari akan menghasilkan area naungan di daerah barat bangunan. Sedangkan saat terbenam di sore hari, area naungan berapa di bagian timur bangunan. Penciptaan sudut naungan juga didapat dari bayangan yang terjadi dari letak bangunan tertentu dan kondisi pagar yang ada. Selain itu keberadaan pohon besar dengan naungan yang rindang juga akan memberikan naungan bagi area di bawah dan sekitarnya. Pembagian area naungan pada umumnya terbagi menjadi: Naungan penuh, dengan ciri-ciri terletak di area naungan bawah pohon yang rindang, disamping dinding maupun pagar, dan tidak mendapat pancaran sinar matahari langsung. Naungan terbuka, yaitu dimana area terbuka di bawah langit langsung tetapi tidak mendapat sinar matahari langsung. Umumnya hanya terdapat cahaya intensitas rendah hasil dari sinar pantulan benda. Naungan terfilter, yaitu area yang terbentuk dari cabang pohon besar tetapi tidak terlalu rindang. Biasanya area cukup terang dengan sinar yang tembuh disela-sela dahan/daun tanaman. Naungan sebagian, yaitu area yang mendapatkan sinar matahari setidaknya 1-5 jam dalam sehari. Foto: Dok. Garden


Berkebun di Area Bernaungan

oleh: Mona Sintia / Arsitek Lanskap
Foto: Dok. Garden
Bila mempunyai area naungan yang dominan di rumah, janganlah bersedih karena tidak dapat mempunyai taman yang indah. Lalu bagaimana menata dan memilih tanaman yang tahan dengan kondisi naungan?
Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisa area taman yang ada. Caranya dengan memperhatikan arah mata angin dan pengenalan area sepanjang tahun. Untuk menentukan arah mata angin, disarankan untuk menggunakan kompas yang benar.
Pergerakan terbit dan tenggelamnya matahari dapat mengakibatkan area taman dapat mempunyai area naungan di sekitar rumah. Saat terbit, matahari akan menghasilkan area naungan di daerah barat bangunan. Sedangkan saat terbenam di sore hari, area naungan berapa di bagian timur bangunan.
Penciptaan sudut naungan juga didapat dari bayangan yang terjadi dari letak bangunan tertentu dan kondisi pagar yang ada. Selain itu keberadaan pohon besar dengan naungan yang rindang juga akan memberikan naungan bagi area di bawah dan sekitarnya.
Pembagian area naungan pada umumnya terbagi menjadi:
  1. Naungan penuh, dengan ciri-ciri terletak di area naungan bawah pohon yang rindang, disamping dinding maupun pagar, dan tidak mendapat pancaran sinar matahari langsung.
  2. Naungan terbuka, yaitu dimana area terbuka di bawah langit langsung tetapi tidak mendapat sinar matahari langsung. Umumnya hanya terdapat cahaya intensitas rendah hasil dari sinar pantulan benda.
  3. Naungan terfilter, yaitu area yang terbentuk dari cabang pohon besar tetapi tidak terlalu rindang. Biasanya area cukup terang dengan sinar yang tembuh disela-sela dahan/daun tanaman.
  4. Naungan sebagian, yaitu area yang mendapatkan sinar matahari setidaknya 1-5 jam dalam sehari.
Foto: Dok. Garden

Wednesday, 20 May 2009 Hobi Berkebun dan Manfaatnya Apakah Anda senang berkebun? Berkebun bisa menjadi suatu hobi yang menarik untuk ditekuni. Banyak orang mampu berjam-jam menata taman dan kebun di belakang rumahnya sehingga menambah keindahan rumah. Setelah seharian berkebun, tubuh tentu menjadi lelah. Namun, manfaat yang diperoleh cukup banyak dari kegiatan berkebun ini. Apa saja manfaat berkebun bagi kesehatan fisik dan psikis? Olahraga dengan Berkebun Dengan berkebun sama seperti sedang melakukan olahraga. Anda memang merasa lelah jika setelah berkebun. Misalnya Anda telah memotong rumput, lalu memangkas tanaman, merapikan pot bunga, menanam bunga dan tanaman baru, mengganti tanaman yang sudah layu, lalu memberi pupuk serta menyiram tanaman. Kegiatan seperti itu tentu akan menguras energi dan membakar banyak kalori dalam tubuh. Tahukah Anda berapa banyak kalori yang dibakar selama kegiatan berkebun? Jumlah kalori yang dibakar selama berkebun antara 280 kalori hingga 380 kalori per jam. Jumlah kalori yang terbakar ini setara dengan kegiatan seks selama 3 jam. Atau jumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan jogging atau berlari selama 30 menit atau berlari dengan jarak 2,5 km. Hindari Penyakit dengan Berkebun Manfaat positif lainnya dari berkebun yaitu mampu menghindari penyakit. Dengan berkebun membuat kondisi psikologi menjadi lebih baik dan menurunkan tingkat stres seseorang. Selain menurunnya tingkat stres, dengan berolahraga akan menurunkan tekanan darah seseorang sehingga terhindar dari problem hipertensi. Manfaat lain dari berkebun yaitu bisa membantu penderita diabetes. Karena banyaknya kalori yang terbakar saat berkebun, akan berpengaruh langsung terhadap kadar gula dalam tubuh. Jumlah gula karbohidrat yang terbakar akan cukup banyak sehingga bagus untuk penderita diabetes. Masih banyak lagi manfaat dari berkebun. Misalnya berkebun juga bisa membantu mempercepat proses penyembuhan dari penyakit. Bahkan lingkungan asri di rumah Anda akan berpengaruh terhadap lingkungan di sekitar rumah Anda. Tentu menarik bukan kegiatan berkebun ini. Anda dapat memperoleh penjelasan selengkapnya tentang berkebun pada artikel berikut ini: Manfaat Berkebun


Wednesday, 20 May 2009


  • Hobi Berkebun dan Manfaatnya

    berkebunApakah Anda senang berkebun? Berkebun bisa menjadi suatu hobi yang menarik untuk ditekuni. Banyak orang mampu berjam-jam menata taman dan kebun di belakang rumahnya sehingga menambah keindahan rumah. Setelah seharian berkebun, tubuh tentu menjadi lelah. Namun, manfaat yang diperoleh cukup banyak dari kegiatan berkebun ini. Apa saja manfaat berkebun bagi kesehatan fisik dan psikis?

    Olahraga dengan Berkebun

    Dengan berkebun sama seperti sedang melakukan olahraga. Anda memang merasa lelah jika setelah berkebun. Misalnya Anda telah memotong rumput, lalu memangkas tanaman, merapikan pot bunga, menanam bunga dan tanaman baru, mengganti tanaman yang sudah layu, lalu memberi pupuk serta menyiram tanaman. Kegiatan seperti itu tentu akan menguras energi dan membakar banyak kalori dalam tubuh. Tahukah Anda berapa banyak kalori yang dibakar selama kegiatan berkebun?
    Jumlah kalori yang dibakar selama berkebun antara 280 kalori hingga 380 kalori per jam. Jumlah kalori yang terbakar ini setara dengan kegiatan seks selama 3 jam. Atau jumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan joggingatau berlari selama 30 menit atau berlari dengan jarak 2,5 km.

    Hindari Penyakit dengan Berkebun

    Manfaat positif lainnya dari berkebun yaitu mampu menghindari penyakit. Dengan berkebun membuat kondisi psikologi menjadi lebih baik dan menurunkan tingkat stres seseorang. Selain menurunnya tingkat stres, dengan berolahraga akan menurunkan tekanan darah seseorang sehingga terhindar dari problem hipertensi. Manfaat lain dari berkebun yaitu bisa membantu penderita diabetes. Karena banyaknya kalori yang terbakar saat berkebun, akan berpengaruh langsung terhadap kadar gula dalam tubuh. Jumlah gula karbohidrat yang terbakar akan cukup banyak sehingga bagus untuk penderita diabetes.
    Masih banyak lagi manfaat dari berkebun. Misalnya berkebun juga bisa membantu mempercepat proses penyembuhan dari penyakit. Bahkan lingkungan asri di rumah Anda akan berpengaruh terhadap lingkungan di sekitar rumah Anda. Tentu menarik bukan kegiatan berkebun ini. Anda dapat memperoleh penjelasan selengkapnya tentang berkebun pada artikel berikut ini:

Belajar Menyanyi Menghilangkan Kejenuhan Di alam yang modern ini, banyak orang yang sudah jenuh dengan pekerjaannya, mereka banyak mencari pelampiasan untuk sekedar menyegarkan kembali otak meraka yang lelah. Cara menghilangkan kejenuhan itu adalah MENYANYI dan Belajar Musik. Sebenarnya menyanyi dan Belajar Musik bukanlah pekerjaan yang susah, tetapi banyak orang takut duluan ketika mereka disuruh nyanyi, atau sebaliknya ada orang yang terlalu percaya diri (over convidence). Dua permasalahan di atas sebenarnya bisa diatasi melalui Kursus Vokal. Misalnya, tekun menyanyi di Les Seni Suara, tumbuhkan rasa percaya diri bahwa dia mampu menyanyi seperti orang lain, yang sudah percaya diri, tinggal mengarahkan cara/teknik menyanyi yang baik dan benar lewat Bina Seni Suara. Bagi orang awam cukup mempunyai dua unsur tadi untuk bisa tampil bagus di muka umum, yang pertama harus punya keberanian mengeluarkan suara semaksimal mungkin, yang kedua tumbuhkan keberanian, percaya diri yang kuat. Kalau dua unsur tadi sudah dimiliki, maka berlanjut kepada mencoba menyanyi dengan TEKNIK VOCAL yang baik dan benar, bisa diasah melalui Les Vocal. TEKNIK VOCAL adalah cara untuk memproduksi suara yang baik dan benar, biasanya dipelajari dalam Kursus Seni Suara, sehingga suara yang keluar akan merdu, jelas, dan enak didengar. Memang susah kalau Belajar Seni Suara menggunakan Teknik Vocal, tetapi kalau sudah terbiasa akan sangat membatu kita, sehingga kita tidak mudah lelah, jenuh, dan serak, karena kita menggunakan teknik vocal yang benar, apabila kita serius dalam menjalani Les Vocal. Dalam Belajar Seni Suara kita diajari cara menyanyi yang benar, mulai dari cara pernafasan, artikulasi, improvisasi, vibrasi, dsb. Kalau semua itu sudah dimiliki dari Les Vokal baru kita bisa menyanyi dengan perasaan. Banyak orang menyanyi tapi terasa hampa/kosong. Setiap kita menyanyi saat Les Vokal, buatlah audiens terkesima dengan suara kita. Rahasianya, adalah TUNJUKKAN KARAKTER SUARA KITA yang sesungguhnya yang bisa dioptimalkan dengan Kursus Seni Suara, karena setiap orang mempunyai TIMBRE yang berbeda-beda, kita harus bangga bahwa kita punya suara yang khas yang tidak dimiliki orang lain, yang bisa menjadi sempurna dengan Les Seni Suara di Bina Seni Suara. Selanjutnya kita harus menyanyi dengan nada dasar yang pas yang bisa dijangkau, karena karakter suara seseorang akan muncul, ketika dia menyanyi dengan nada yang pas, jangan terlalu memaksakan diri untuk mencapai ketinggian suara asli orang lain, akibatnya sangat fatal, hal ini biasanya ditegaskan oleh guru vocal pada saat Kursus Vokal. Kita harus tahu posisi suara kita ada di range apa, kalau wanita, SOPRAN, MEZZO SOPRAN, ALTO, kalau pria ada suara TENOR, BARITON, BAS. Guru vocal akan memberi tahu di mana posisi suara kita berada. Biasanya, bagi yang baru belajar menyanyi suka cepat lelah. Hal ini bisa kita hindari, caranya adalah menyanyi dengan teknik nafas yang benar, dan kalau sudah menyanyi jangan langsung minum, apalagi yang dingin atau yang terlalu panas, hal itu akan membuat pita suara kita rusak. Yang paling baik adalah jika kita baru selesai menyanyi, tunggulah hingga tenggorokan kita lebih nyaman, setelah itu silahkan minum air putih yang tidak dingin, atau tidak terlalu panas. Cara ini akan sangat membantu ketahanan suara kita agar tidak cepat lelah, serak. Hal lain yang perlu kita hindari adalah jangan makan makanan yang mengadung minyak,dan terlalu pedas, jangan terlalu sering begadang ,karena daya tahan tubuh dan pita suara akan berkurang jika kita sering begadang. Kalau ingin bisa bernyanyi dengan baik dan benar, kita harus sering berlatih vocal, dan mintalah masukan, kritik, dari teman/guru vocal kita. Semua masukan adalah obat yang paling ampuh untuk meperbaiki vocal kita, jangan pernah takut, apalagi marah dengan kritik dari orang lain. Cara lain, dengan merekam suara kita ketika sedang menyanyi, lalu putar ulang dan simak dengan teliti dimana kelebihan dan kelemahan vocal kita, diskusikan dengan teman atau guru vocal kita.Kalau kita lihat sebenarnya manusia mempunyai tiga sifat musical: MUSICAL ABSOLUTE, orang yang memiliki kecerdasan luar biasa dalam bidang musik, tidak memerlukan waktu lama untuk belajar musik, dan memiliki feeling yang kuat dan berbakat. MUSICAL, orang yang sedang-sedang saja, memiliki rasa musical tapi tidak menonjol, bisa menguasai lagu, tetapi memerlukan waktu yang cukup untuk belajar terlebih dahulu. A MUSICAL, orang seperti ini yang susah untuk bisa secara normal menguasai lagu, karena bakat yang dimilikinya sangat kurang, bahkan tidak ada, hanya bermodalkan keberanian. Orang seperti ini akan sangat lama/susah dalam mempelajari materi music. http://www.bengkelmusik.com


Belajar Menyanyi Menghilangkan Kejenuhan

Di alam yang modern ini, banyak orang yang sudah jenuh dengan pekerjaannya, mereka banyak mencari pelampiasan untuk sekedar menyegarkan kembali otak meraka yang lelah. Cara menghilangkan kejenuhan itu adalah MENYANYI danBelajar Musik. Sebenarnya menyanyi dan Belajar Musik bukanlah pekerjaan yang susah, tetapi banyak orang takut duluan ketika mereka disuruh nyanyi, atau sebaliknya ada orang yang terlalu percaya diri (over convidence).
Dua permasalahan di atas sebenarnya bisa diatasi melalui Kursus Vokal. Misalnya, tekun menyanyi di Les Seni Suara, tumbuhkan rasa percaya diri bahwa dia mampu menyanyi seperti orang lain, yang sudah percaya diri, tinggal mengarahkan cara/teknik menyanyi yang baik dan benar lewat Bina Seni Suara. Bagi orang awam cukup mempunyai dua unsur tadi untuk bisa tampil bagus di muka umum, yang pertama harus punya keberanian mengeluarkan suara semaksimal mungkin, yang kedua tumbuhkan keberanian, percaya diri yang kuat.
Kalau dua unsur tadi sudah dimiliki, maka berlanjut kepada mencoba menyanyi dengan TEKNIK VOCAL yang baik dan benar, bisa diasah melalui Les Vocal. TEKNIK VOCAL adalah cara untuk memproduksi suara yang baik dan benar, biasanya dipelajari dalam Kursus Seni Suara, sehingga suara yang keluar akan merdu, jelas, dan enak didengar. Memang susah kalauBelajar Seni Suara menggunakan Teknik Vocal, tetapi kalau sudah terbiasa akan sangat membatu kita, sehingga kita tidak mudah lelah, jenuh, dan serak, karena kita menggunakan teknik vocal yang benar, apabila kita serius dalam menjalani Les Vocal. Dalam Belajar Seni Suara kita diajari cara menyanyi yang benar, mulai dari cara pernafasan, artikulasi, improvisasi, vibrasi, dsb. Kalau semua itu sudah dimiliki dari Les Vokal baru kita bisa menyanyi dengan perasaan. Banyak orang menyanyi tapi terasa hampa/kosong.

Setiap kita menyanyi saat Les Vokal, buatlah audiens terkesima dengan suara kita. Rahasianya, adalah TUNJUKKAN KARAKTER SUARA KITA yang sesungguhnya yang bisa dioptimalkan dengan Kursus Seni Suara, karena setiap orang mempunyai TIMBRE yang berbeda-beda, kita harus bangga bahwa kita punya suara yang khas yang tidak dimiliki orang lain, yang bisa menjadi sempurna dengan Les Seni Suara di Bina Seni Suara. Selanjutnya kita harus menyanyi dengan nada dasar yang pas yang bisa dijangkau, karena karakter suara seseorang akan muncul, ketika dia menyanyi dengan nada yang pas, jangan terlalu memaksakan diri untuk mencapai ketinggian suara asli orang lain, akibatnya sangat fatal, hal ini biasanya ditegaskan oleh guru vocal pada saat Kursus Vokal. Kita harus tahu posisi suara kita ada di range apa, kalau wanita, SOPRAN, MEZZO SOPRAN, ALTO, kalau pria ada suara TENOR, BARITON, BAS. Guru vocal akan memberi tahu di mana posisi suara kita berada.
Biasanya, bagi yang baru belajar menyanyi suka cepat lelah. Hal ini bisa kita hindari, caranya adalah menyanyi dengan teknik nafas yang benar, dan kalau sudah menyanyi jangan langsung minum, apalagi yang dingin atau yang terlalu panas, hal itu akan membuat pita suara kita rusak. Yang paling baik adalah jika kita baru selesai menyanyi, tunggulah hingga tenggorokan kita lebih nyaman, setelah itu silahkan minum air putih yang tidak dingin, atau tidak terlalu panas. Cara ini akan sangat membantu ketahanan suara kita agar tidak cepat lelah, serak. Hal lain yang perlu kita hindari adalah jangan makan makanan yang mengadung minyak,dan terlalu pedas, jangan terlalu sering begadang ,karena daya tahan tubuh dan pita suara akan berkurang jika kita sering begadang.

Kalau ingin bisa bernyanyi dengan baik dan benar, kita harus sering berlatih vocal, dan mintalah masukan, kritik, dari teman/guru vocal kita. Semua masukan adalah obat yang paling ampuh untuk meperbaiki vocal kita, jangan pernah takut, apalagi marah dengan kritik dari orang lain. Cara lain, dengan merekam suara kita ketika sedang menyanyi, lalu putar ulang dan simak dengan teliti dimana kelebihan dan kelemahan vocal kita, diskusikan dengan teman atau guru vocal kita.
Kalau kita lihat sebenarnya manusia mempunyai tiga sifat musical:
MUSICAL ABSOLUTE, orang yang memiliki kecerdasan luar biasa dalam bidang musik, tidak memerlukan waktu lama untuk belajar musik, dan memiliki feeling yang kuat dan berbakat.
MUSICAL, orang yang sedang-sedang saja, memiliki rasa musical tapi tidak menonjol, bisa menguasai lagu, tetapi memerlukan waktu yang cukup untuk belajar terlebih dahulu.
A MUSICAL, orang seperti ini yang susah untuk bisa secara normal menguasai lagu, karena bakat yang dimilikinya sangat kurang, bahkan tidak ada, hanya bermodalkan keberanian. Orang seperti ini akan sangat lama/susah dalam mempelajari materi music.

http://www.bengkelmusik.com

Bernyanyi Apapun Keadaan Anda April 11th, 2009 Tagged belajar gitar, belajar musik, belajar not, belajar piano, belajar vokal, bermain piano, cara belajar gitar, kursus gitar, kursus piano, kursus vokal Di alam yang modern ini, banyak orang yang sudah jenuh dengan pekerjaannya, mereka banyak mencari pelampiasan untuk sekedar menyegarkan kembali otak meraka yang lelah. Cara menghilangkan kejenuhan itu adalah MENYANYI dan Belajar Musik. Sebenarnya menyanyi dan Belajar Musik bukanlah pekerjaan yang susah, tetapi banyak orang takut duluan ketika mereka disuruh nyanyi, atau sebaliknya ada orang yang terlalu percaya diri (over convidence). Dua permasalahan di atas sebenarnya bisa diatasi melalui Kursus Vokal. Misalnya, tekun menyanyi di Les Seni Suara, tumbuhkan rasa percaya diri bahwa dia mampu menyanyi seperti orang lain, yang sudah percaya diri, tinggal mengarahkan cara/teknik menyanyi yang baik dan benar lewat Bina Seni Suara. Bagi orang awam cukup mempunyai dua unsur tadi untuk bisa tampil bagus di muka umum, yang pertama harus punya keberanian mengeluarkan suara semaksimal mungkin, yang kedua tumbuhkan keberanian, percaya diri yang kuat. Kalau dua unsur tadi sudah dimiliki, maka berlanjut kepada mencoba menyanyi dengan TEKNIK VOCAL yang baik dan benar, bisa diasah melalui Les Vocal. TEKNIK VOCAL adalah cara untuk memproduksi suara yang baik dan benar, biasanya dipelajari dalam Kursus Seni Suara, sehingga suara yang keluar akan merdu, jelas, dan enak didengar. Memang susah kalau Belajar Seni Suara menggunakan Teknik Vocal, tetapi kalau sudah terbiasa akan sangat membatu kita, sehingga kita tidak mudah lelah, jenuh, dan serak, karena kita menggunakan teknik vocal yang benar, apabila kita serius dalam menjalani Les Vocal. Dalam Belajar Seni Suara kita diajari cara menyanyi yang benar, mulai dari cara pernafasan, artikulasi, improvisasi, vibrasi, dsb. Kalau semua itu sudah dimiliki dari Les Vokal baru kita bisa menyanyi dengan perasaan. Banyak orang menyanyi tapi terasa hampa/kosong. Setiap kita menyanyi saat Les Vokal, buatlah audiens terkesima dengan suara kita. Rahasianya, adalah TUNJUKKAN KARAKTER SUARA KITA yang sesungguhnya yang bisa dioptimalkan dengan Kursus Seni Suara, karena setiap orang mempunyai TIMBRE yang berbeda-beda, kita harus bangga bahwa kita punya suara yang khas yang tidak dimiliki orang lain, yang bisa menjadi sempurna dengan Les Seni Suara di Bina Seni Suara. Selanjutnya kita harus menyanyi dengan nada dasar yang pas yang bisa dijangkau, karena karakter suara seseorang akan muncul, ketika dia menyanyi dengan nada yang pas, jangan terlalu memaksakan diri untuk mencapai ketinggian suara asli orang lain, akibatnya sangat fatal, hal ini biasanya ditegaskan oleh guru vocal pada saat Kursus Vokal. Kita harus tahu posisi suara kita ada di range apa, kalau wanita, SOPRAN, MEZZO SOPRAN, ALTO, kalau pria ada suara TENOR, BARITON, BAS. Guru vocal akan memberi tahu di mana posisi suara kita berada. Biasanya, bagi yang baru belajar menyanyi suka cepat lelah. Hal ini bisa kita hindari, caranya adalah menyanyi dengan teknik nafas yang benar, dan kalau sudah menyanyi jangan langsung minum, apalagi yang dingin atau yang terlalu panas, hal itu akan membuat pita suara kita rusak. Yang paling baik adalah jika kita baru selesai menyanyi, tunggulah hingga tenggorokan kita lebih nyaman, setelah itu silahkan minum air putih yang tidak dingin, atau tidak terlalu panas. Cara ini akan sangat membantu ketahanan suara kita agar tidak cepat lelah, serak. Hal lain yang perlu kita hindari adalah jangan makan makanan yang mengadung minyak,dan terlalu pedas, jangan terlalu sering begadang ,karena daya tahan tubuh dan pita suara akan berkurang jika kita sering begadang. Kalau ingin bisa bernyanyi dengan baik dan benar, kita harus sering berlatih vocal, dan mintalah masukan, kritik, dari teman/guru vocal kita. Semua masukan adalah obat yang paling ampuh untuk meperbaiki vocal kita, jangan pernah takut, apalagi marah dengan kritik dari orang lain. Cara lain, dengan merekam suara kita ketika sedang menyanyi, lalu putar ulang dan simak dengan teliti dimana kelebihan dan kelemahan vocal kita, diskusikan dengan teman atau guru vocal kita.Kalau kita lihat sebenarnya manusia mempunyai tiga sifat musical: MUSICAL ABSOLUTE, orang yang memiliki kecerdasan luar biasa dalam bidang musik, tidak memerlukan waktu lama untuk belajar musik, dan memiliki feeling yang kuat dan berbakat. MUSICAL, orang yang sedang-sedang saja, memiliki rasa musical tapi tidak menonjol, bisa menguasai lagu, tetapi memerlukan waktu yang cukup untuk belajar terlebih dahulu. A MUSICAL, orang seperti ini yang susah untuk bisa secara normal menguasai lagu, karena bakat yang dimilikinya sangat kurang, bahkan tidak ada, hanya bermodalkan keberanian. Orang seperti ini akan sangat lama/susah dalam mempelajari materi music. http://www.bengkelmusik.com Untuk informasi lebih lanjut, silahkan lihat di Bina Seni Suara,Belajar Musik,Les Vocal,Les Vokal,Kursus Vokal,Belajar Seni Suara,Kursus Seni Suara,Les Seni Suara dan Belajar Musik & Les Vocal : Les & Kursus Vokal - Bina Seni Suara Kebayoran Baru Jakarta Selatan di 88db.com Filed under Tak Berkategori |


Bernyanyi Apapun Keadaan Anda

Di alam yang modern ini, banyak orang yang sudah jenuh dengan pekerjaannya, mereka banyak mencari pelampiasan untuk sekedar menyegarkan kembali otak meraka yang lelah. Cara menghilangkan kejenuhan itu adalah MENYANYI dan Belajar Musik. Sebenarnya menyanyi dan Belajar Musik bukanlah pekerjaan yang susah, tetapi banyak orang takut duluan ketika mereka disuruh nyanyi, atau sebaliknya ada orang yang terlalu percaya diri (over convidence).
Dua permasalahan di atas sebenarnya bisa diatasi melalui Kursus Vokal. Misalnya, tekun menyanyi di Les Seni Suara, tumbuhkan rasa percaya diri bahwa dia mampu menyanyi seperti orang lain, yang sudah percaya diri, tinggal mengarahkan cara/teknik menyanyi yang baik dan benar lewatBina Seni Suara. Bagi orang awam cukup mempunyai dua unsur tadi untuk bisa tampil bagus di muka umum, yang pertama harus punya keberanian mengeluarkan suara semaksimal mungkin, yang kedua tumbuhkan keberanian, percaya diri yang kuat.
Kalau dua unsur tadi sudah dimiliki, maka berlanjut kepada mencoba menyanyi dengan TEKNIK VOCAL yang baik dan benar, bisa diasah melalui Les Vocal. TEKNIK VOCAL adalah cara untuk memproduksi suara yang baik dan benar, biasanya dipelajari dalam Kursus Seni Suara, sehingga suara yang keluar akan merdu, jelas, dan enak didengar. Memang susah kalau Belajar Seni Suara menggunakan Teknik Vocal, tetapi kalau sudah terbiasa akan sangat membatu kita, sehingga kita tidak mudah lelah, jenuh, dan serak, karena kita menggunakan teknik vocal yang benar, apabila kita serius dalam menjalani Les Vocal. Dalam Belajar Seni Suara kita diajari cara menyanyi yang benar, mulai dari cara pernafasan, artikulasi, improvisasi, vibrasi, dsb. Kalau semua itu sudah dimiliki dari Les Vokal baru kita bisa menyanyi dengan perasaan. Banyak orang menyanyi tapi terasa hampa/kosong.

Setiap kita menyanyi saat Les Vokal, buatlah audiens terkesima dengan suara kita. Rahasianya, adalah TUNJUKKAN KARAKTER SUARA KITA yang sesungguhnya yang bisa dioptimalkan dengan Kursus Seni Suara, karena setiap orang mempunyai TIMBRE yang berbeda-beda, kita harus bangga bahwa kita punya suara yang khas yang tidak dimiliki orang lain, yang bisa menjadi sempurna dengan Les Seni Suara di Bina Seni Suara. Selanjutnya kita harus menyanyi dengan nada dasar yang pas yang bisa dijangkau, karena karakter suara seseorang akan muncul, ketika dia menyanyi dengan nada yang pas, jangan terlalu memaksakan diri untuk mencapai ketinggian suara asli orang lain, akibatnya sangat fatal, hal ini biasanya ditegaskan oleh guru vocal pada saat Kursus Vokal. Kita harus tahu posisi suara kita ada di range apa, kalau wanita, SOPRAN, MEZZO SOPRAN, ALTO, kalau pria ada suara TENOR, BARITON, BAS. Guru vocal akan memberi tahu di mana posisi suara kita berada.
Biasanya, bagi yang baru belajar menyanyi suka cepat lelah. Hal ini bisa kita hindari, caranya adalah menyanyi dengan teknik nafas yang benar, dan kalau sudah menyanyi jangan langsung minum, apalagi yang dingin atau yang terlalu panas, hal itu akan membuat pita suara kita rusak. Yang paling baik adalah jika kita baru selesai menyanyi, tunggulah hingga tenggorokan kita lebih nyaman, setelah itu silahkan minum air putih yang tidak dingin, atau tidak terlalu panas. Cara ini akan sangat membantu ketahanan suara kita agar tidak cepat lelah, serak. Hal lain yang perlu kita hindari adalah jangan makan makanan yang mengadung minyak,dan terlalu pedas, jangan terlalu sering begadang ,karena daya tahan tubuh dan pita suara akan berkurang jika kita sering begadang.

Kalau ingin bisa bernyanyi dengan baik dan benar, kita harus sering berlatih vocal, dan mintalah masukan, kritik, dari teman/guru vocal kita. Semua masukan adalah obat yang paling ampuh untuk meperbaiki vocal kita, jangan pernah takut, apalagi marah dengan kritik dari orang lain. Cara lain, dengan merekam suara kita ketika sedang menyanyi, lalu putar ulang dan simak dengan teliti dimana kelebihan dan kelemahan vocal kita, diskusikan dengan teman atau guru vocal kita.
Kalau kita lihat sebenarnya manusia mempunyai tiga sifat musical:
MUSICAL ABSOLUTE, orang yang memiliki kecerdasan luar biasa dalam bidang musik, tidak memerlukan waktu lama untuk belajar musik, dan memiliki feeling yang kuat dan berbakat.
MUSICAL, orang yang sedang-sedang saja, memiliki rasa musical tapi tidak menonjol, bisa menguasai lagu, tetapi memerlukan waktu yang cukup untuk belajar terlebih dahulu.
A MUSICAL, orang seperti ini yang susah untuk bisa secara normal menguasai lagu, karena bakat yang dimilikinya sangat kurang, bahkan tidak ada, hanya bermodalkan keberanian. Orang seperti ini akan sangat lama/susah dalam mempelajari materi music.

 http://www.bengkelmusik.com

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan lihat di Bina Seni Suara,Belajar Musik,Les Vocal,Les Vokal,Kursus Vokal,Belajar Seni Suara,Kursus Seni Suara,Les Seni Suara dan Belajar Musik & Les Vocal : Les & Kursus Vokal - Bina Seni Suara Kebayoran Baru Jakarta Selatan di 88db.com


Sabtu, 23 Januari 2010

Pengelolaan Migas Aceh dalam Perspektif UUPA


Pengelolaan Migas Aceh dalam Perspektif UUPA


Oleh : Suardi Nur
"UUPA bukanlah kitab suci yang tidak bisa diubah," kata Agung Lakosono, Ketua DPR RI (tempointeractive.com, 25/07/08). Namun, tidak dapat dipungkiri kalau UUPA lahir dari suatu proses politik yang tidak biasa (extraordinary law) melalui sebuah Memorandum of Understanding atau yang dikenal dengan MoU Helsinki.
UUPA merupakan hasil kesepakatan politik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah RI yang tidak hanya menyangkut sektor tata pemerintahan yang bersifat otonom, namun juga menyangkut sejumlah sektor lain yang biasanya diatur dalam undang-undang sektoral
Salah satu sektor yang sangat menarik untuk dikaji dan ditunggu implementasinya adalah menyangkut pengelolaan sumber daya alam khususnya migas. Kewenangan Pemerintah Aceh terhadap sektor ini diformulasikan dalam pasal 160 ayat (1) dan (2). Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa Pemerintah Aceh mempunyai wewenang untuk mengelola sumber daya alam (migas) Aceh dengan membentuk satu badan pelaksana yang ditetapkan bersama dengan pemerintah pusat. Penekanan pada kata “bersama” secara terminologi memberi pengertian bahwa Pemerintah Aceh hanya mempunyai kewenagan 50% sedangkan setengah lagi masih berada ditangan pemerintah pusat.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah sudah sejauh mana implementasi dari undang-undang ini diimplementasikan dalam pengelolaan migas di Aceh? Setelah dua tahun sejak disahkan pada sidang Paripurna tanggal 11 Agustus 2006 implementasi khususnya dalam pengelolaan migas Aceh masih nol besar, terhambatnya implementasi ini karena hingga saat ini pemerintah belum mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) yang akan menjadi acuan operasional di lapangan dan acuan dalam merancang Qanun Pengelolaan Migas.
Sebenarnya Pemerintah Aceh sendiri telah mengambil inisiatif yang sangat baik untuk mempercepat lahirnya PP yang berkaitan dengan UUPA di sektor Migas. Pemerintah Aceh akan segera membentuk Tim Advokasi Migas yang terdiri dari ahli migas, ekonomi dan hukum. Tim ini bertugas merancang dan menyusun draft Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) migas Aceh untuk mempercepat keluarnya PP migas Aceh. Pada akhir Desember 2007 tim ini telah berhasil menyusun satu draft Rancangan Pengelolaan Migas Aceh yang kemudian diserahkan kepada Mendagri untuk dikaji dan ditetapkan sebagai Peraturan Pemerintah.
Melalui PP ini nantinya diharapkan ada suatu penjabaran yang lebih mendetil terhadap pembagian kewenagan di sektor migas antara pemerintah pusat dan Aceh. Terminologi “bersama” yang temuat dalam Pasal 160 UUPA tidak lagi menimbulkan ambiguitas dalam implementasi nantinya.
Pengelolaan Ideal Migas Aceh
Sebelum melihat pegelolaan migas Aceh dalam perspektif UUPA, ada baiknya kita melihat bagaimana kebijakan pengelolaan migas di Indonesia. Saat ini, wewenang pengelolaan sumberdaya alam migas sepenuhnya berada di Pusat sesuai dengan UU No. 22 tahun 2001. Undang-undang ini snagat pro kepada korporatokrasi yang lebih banyak merugikan pemerintah. Dalam UU ini pemerintah daerah tidak memiliki kewengan dalam pengelolaan migas. Pada sektor Hulu (eksplorasi dan eksploitasi), kewenangan pemerintah pusat dijalankan oleh satu badan pelaksana yang dibentuk dengan undang-undang yang disebut BP Migas sedangkan disektor Hilir kewenagan ini dipangku oleh Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas.
Selama ini daerah penghasil migas seperti Riau, Aceh, dan daerah lainnya hanya diundang empat kali setahun untuk mendengarkan pembagian hasil penjualan (lifting) migas. Daerah penghasil tidak bisa mempertanyakan hasil lifting tersebut karena memang tidak punya data berapa ribu barel minyak yang setiap hari disedot dari lapangan-lapangan minyak mereka dan berapa MMSCF gas yang telah diekploitasi. Data ini hanya dimiliki oleh pemeintah pusat atau BP Migas. Satu badan yang selama ini menjadi penguasa tunggal dalam pengeksploitasian minyak dan gas di negara ini.
Sebenarnya apa yang hendak ingin dicapai Pemerintah Aceh setelah adanya UUPA dalam pengelolaan Migas? Berdasarkan draft inisiatif RPP Migas Aceh yang diajukan ke Pusat, tergambar dengan jelas keinginan Pemerintah Aceh untuk dapat telibat dalam pengelolaan sumberdaya alam migas. Pemerintah Aceh menginginkan adanya satu Badan Pengelola Migas Aceh tersendiri yang independen dari badan pengelola konvensional yang telah ada selama ini yaitu BP Migas.
Badan pengelola yang akan dibentuk ini secara struktur organisasi berada di bawah Pemerintah Aceh yang bertanggung-jawab kepada gubernur. Badan ini memiliki kewenagan dalam melakukan persiapan tender eksplorasi lapangan baru, pengawasan terhadap kontraktor migas yang beroperasi di wilayah Aceh serta penjualan dan kontrak penjualan minyak dan gas.
Selama ini semua aspek di atas adalah kewenangan pemerintah pusat termasuk untuk kontrak penjulan gas. Kontrak penjualan gas selama ini selalu memprioritaskan kebutuhan luar negeri sedangkan kebutuhan domestik selalu terbaikan. Hal ini telah menimpa industri-industri di Aceh seperti PT. Aceh Asean Fertilizer, PT. Kertas Kraft Aceh, dan lain-lain. Industri tersebut terpaksa ditutup karena tidak mempunyai suplai gas yang cukup untuk berproduksi, bahkan PT. Pupuk Iskandar Muda sampai saat ini harus berjuang mencari gas-gas kelebihan ekspor dari Bontang.
Hal ini terjadi karena gas dari PT. Arun telah terikat kontrak dengan konsorsium perusahaan-perusahaan Jepang dan Korea. Sehingga gas yang dicairkan di PT. Arun hanya diprioritaskan untuk pemenuhan kontrak tersebut. Ini sangat tidak adil bagi Aceh mengingat selama ini industri-industri tersebut bergantung dari pasokan gas yang berasal dari PT. Arun. Di lain pihak, pemerintah pusat juga tidak mencari jalan dalam upaya pemenuhan gas.
Lahirnya RPP Migas Aceh diharapkan dapat mengatasi segala permasalahan di atas dan memberikan kejelasan kewenangan bersama antara Pusat dan Aceh dalam penentuan target produksi, administrasi dan sistem penjualan minyak dan gas, pengembalian biaya produksi (cost recovery) dan aloksasi pemanfaatan produksi minyak dan gas bumi di wilayah darat dan laut Aceh.
Sesungguhnya perjuangan untuk mendapatkan sesuatu yang ideal masih lama, entah berapa pendekatan dan lobi tinggkat tinggi lagi yang harus dilakukan pemerintah Aceh untuk bisa ikut serta dalam pengelolaan sumberdaya alamnya sendiri. Keikhlasan dari Pemerintah Pusat untuk mengalihkan separuh kewenagannya di sektor Migas ke Pemerintah Aceh sangat diharapkan sehingga Aceh dapat segera mengejar ketertinggalannya dan kesejahteraan di Aceh dapat segera terwujud.

migasnet07-kesyanto8061.blogspot.com: jakarta mi

migasnet07-kesyanto8061.blogspot.com: jakarta mi

Kamis, 21 Januari 2010

politik

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.[1] Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

  • politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
  • politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
  • politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
  • politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Ilmu politik

[sunting] Teori politik

Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai tujuan tersebut serta segala konsekuensinya. Bahasan dalam Teori Politik antara lain adalah filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dsb.
Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di dunia antara lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme, fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme, oligarki dsb.

[sunting] Lembaga politik

Secara awam berarti suatu organisasi, tetapi lembaga bisa juga merupakan suatu kebiasaan atau perilaku yang terpola. Perkawinan adalah lembaga sosial, baik yang diakui oleh negara lewat KUA atau Catatan Sipil di Indonesia maupun yang diakui oleh masyarakat saja tanpa pengakuan negara. Dalam konteks ini suatu organisasi juga adalah suatu perilaku yang terpola dengan memberikan jabatan pada orang-orang tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu demi pencapaian tujuan bersama, organisasi bisa formal maupun informal. Lembaga politik adalah perilaku politik yang terpola dalam bidang politik.
Pemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu (sering sebagai pemimpin dalam suatu bidang/masyarakat tertentu) adalah lembaga demokrasi. Bukan lembaga pemilihan umumnya (atau sekarang KPU-nya) melainkan seluruh perilaku yang terpola dalam kita mencari dan menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin ataupun wakil kita untuk duduk di parlemen.
Persoalan utama dalam negara yang tengah melalui proses transisi menuju demokrasi seperti indonesia saat ini adalah pelembagaan demokrasi. Yaitu bagaimana menjadikan perilaku pengambilan keputusan untuk dan atas nama orang banyak bisa berjalan sesuai dengan norma-norma demokrasi, umumnya yang harus diatasi adalah merobah lembaga feodalistik (perilaku yang terpola secara feodal, bahwa ada kedudukan pasti bagi orang-orang berdasarkan kelahiran atau profesi sebagai bangsawan politik dan yang lain sebagai rakyat biasa) menjadi lembaga yang terbuka dan mencerminkan keinginan orang banyak untuk mendapatkan kesejahteraan.
Untuk melembagakan demokrasi diperlukan hukum dan perundang-undangan dan perangkat struktural yang akan terus mendorong terpolanya perilaku demokratis sampai bisa menjadi pandangan hidup. Karena diyakini bahwa dengan demikian kesejahteraan yang sesungguhnya baru bisa dicapai, saat tiap individu terlindungi hak-haknya bahkan dibantu oleh negara untuk bisa teraktualisasikan, saat tiap individu berhubungan dengan individu lain sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku.

[sunting] Partai dan Golongan

[sunting] Hubungan Internasional

Dalam bentuk klasiknya hubungan internasional adalah hubungan antar negara, namun dalam perkembangan konsep ini bergeser untuk mencakup semua interaksi yang berlangsung lintas batas negara. Dalam bentuk klasiknya hubungan internasional diperankan hanya oleh para diplomat (dan mata-mata) selain tentara dalam medan peperangan. Sedangkan dalam konsep baru hubungan internasional, berbagai organisasi internasional, perusahaan, organisasi nirlaba, bahkan perorangan bisa menjadi aktor yang berperan penting dalam politik internasional.
Peran perusahaan multinasional seperti Monsanto dalam WTO (World Trade Organization/Organisasi Perdagangan Dunia) misalnya mungkin jauh lebih besar dari peran Republik Indonesia. Transparancy International laporan indeks persepsi korupsi-nya di Indonesia mempunyai pengaruh yang besar.
Persatuan Bangsa Bangsa atau PBB merupakan organisasi internasional terpenting, karena hampir seluruh negara di dunia menjadi anggotanya. Dalam periode perang dingin PBB harus mencerminkan realitas politik bipolar sehingga sering tidak bisa membuat keputusan efektif, setelah berakhirnya perang dingin dan realitas politik cenderung menjadi unipolar dengan Amerika Serikat sebagai kekuatan Hiper Power, PBB menjadi relatif lebih efektif untuk melegitimasi suatu tindakan internasional sebagai tindakan multilateral dan bukan tindakan unilateral atau sepihak. Upaya AS untuk mendapatkan dukungan atas inisiatifnya menyerbu Irak dengan melibatkan PBB, merupakan bukti diperlukannya legitimasi multilateralisme yang dilakukan lewat PBB.
Untuk mengatasi berbagai konflik bersenjata yang kerap meletus dengan cepat di berbagai belahan dunia misalnya, saat ini sudah ada usulan untuk membuat pasukan perdamaian dunia (peace keeping force) yang bersifat tetap dan berada di bawah komando PBB. Hal ini diharapkan bisa mempercepat reaksi PBB dalam mengatasi berbagai konflik bersenjata. Saat misalnya PBB telah memiliki semacam polisi tetap yang setiap saat bisa dikerahkan oleh Sekertaris Jendral PBB untuk beroperasi di daerah operasi PBB. Polisi PBB ini yang menjadi Civpol (Civilian Police/polisi sipil) pertama saat Timor Timur lepas dari Republik Indonesia.
Hubungan internasional telah bergeser jauh dari dunia eksklusif para diplomat dengan segala protokol dan keteraturannya, ke arah kerumitan dengan kemungkinan setiap orang bisa menjadi aktor dan mempengaruhi jalannya politik baik di tingkat global maupun lokal. Pada sisi lain juga terlihat kemungkinan munculnya pemerintahan dunia dalam bentuk PBB, yang mengarahkan pada keteraturan suatu negara (konfederasi?).

[sunting] Masyarakat

adalah sekumpulan orang orang yang mendiami wilayah suatu negara.

[sunting] Kekuasaan

Dalam teori politik menunjuk pada kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang tidak dikehendakinya. Max Weber menuliskan adanya tiga sumber kekuasaan: pertama dari perundangundangan yakni kewenangan; kedua, dari kekerasan seperti penguasaan senjata; ketiga, dari karisma.

[sunting] Negara

negara merupakan suatu kawasan teritorial yang didalamnya terdapat sejumlah penduduk yang mendiaminya, dan memiliki kedaulatan untuk menjalankan pemerintahan, dan keberadaannya diakui oleh negara lain. ketentuan yang tersebut diatas merupakan syarat berdirinya suatu negara menurut konferensi Montevideo pada tahun 1933

[sunting] Tokoh dan pemikir ilmu politik

[sunting] Tokoh-tokoh politik

[sunting] Pemikir-pemikir politik

[sunting] Mancanegara

Tokoh tokoh pemikir Ilmu Politik dari kalangan teoris klasik, modern maupun kontempoter antara lain adalah: Aristoteles, Adam Smith, Cicero, Friedrich Engels, Immanuel Kant, John Locke, Karl Marx, Lenin, Martin Luther, Max Weber, Nicolo Machiavelli, Rousseau, Samuel P Huntington, Thomas Hobbes, Antonio Gramsci, Harold Crouch, Douglas E Ramage.

[sunting] Indonesia

Beberapa tokoh pemikir dan penulis materi Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Indonesia adalah: Miriam Budiharjo, Salim Said dan Ramlan Surbakti.

[sunting] Perilaku politik

Perilaku politik atau (Inggris:Politic Behaviour)adalah perilaku yang dilakukan oleh insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik.Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya guna melakukan perilaku politik adapun yang dimaksud dengan perilaku politik contohnya adalah:
  • Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin
  • Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik atau parpol , mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau lsm lembaga swadaya masyarakat
  • Ikut serta dalam pesta politik
  • Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas
  • Berhak untuk menjadi pimpinan politik
  • Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku

football

Association football
Football iu 1996.jpg
The attacking team attempt to kick the ball past the opposition goalkeeper and between the goalposts to score a goal
Highest governing body FIFA
Nickname(s) Football, soccer, fùtbol, footy/footie, "the beautiful game", "the world game"
First played Mid-19th century England
Characteristics
Contact Yes
Team members 11 per side
Mixed gender Yes, separate competitions
Categorization Team sport, ball sport
Equipment Football
Venue Football pitch
Olympic 1900
Association football, more commonly known as football or soccer, is a team sport played between two teams of eleven players using a spherical ball. It is widely considered to be the most popular sport in the world.[1][2][3]
The game is played on a rectangular grass or artificial turf field, with a goal in the centre of each of the short ends. The object of the game is to score by driving the ball into the opposing goal. In general play, the goalkeepers are the only players allowed to use their hands or arms to propel the ball; the rest of the team usually use their feet to kick the ball into position, occasionally using their torso or head to intercept a ball in midair. The team that scores the most goals by the end of the match wins. If the score is tied at the end of the game, either a draw is declared or the game goes into extra time and/or a penalty shootout, depending on the format of the competition.
The modern game was codified in England following the formation of The Football Association, whose 1863 Laws of the Game created the foundations for the way the sport is played today. Football is governed internationally by the Fédération Internationale de Football Association (International Federation of Association Football), commonly known by the acronym FIFA. The most prestigious international football competition is the FIFA World Cup, held every four years.[4]

Contents

[hide]

Gameplay

A goalkeeper saving a close-range shot from inside the penalty area
Football is played in accordance with a set of rules known as the Laws of the Game. The game is played using a single spherical ball, known as the football or soccer ball. Two teams of eleven players each compete to get the ball into the other team's goal (between the posts and under the bar), thereby scoring a goal. The team that has scored more goals at the end of the game is the winner; if both teams have scored an equal number of goals then the game is a draw. Each team is led by a captain.
The primary law is that players other than goalkeepers may not deliberately handle the ball with their hands or arms during play, though they do use their hands during a throw-in restart. Although players usually use their feet to move the ball around, they may use any part of their bodies other than their hands or arms.[5] Within normal play, all players are free to play the ball in any direction and move throughout the pitch, though the ball cannot be received in an offside position.
In typical game play, players attempt to create goal scoring opportunities through individual control of the ball, such as by dribbling, passing the ball to a team-mate, and by taking shots at the goal, which is guarded by the opposing goalkeeper. Opposing players may try to regain control of the ball by intercepting a pass or through tackling the opponent in possession of the ball; however, physical contact between opponents is restricted. Football is generally a free-flowing game, with play stopping only when the ball has left the field of play or when play is stopped by the referee. After a stoppage, play recommences with a specified restart.[6]
A goalkeeper dives to stop the ball from entering his goal
At a professional level, most matches produce only a few goals. For example, the 2005–06 season of the English Premier League produced an average of 2.48 goals per match.[7] The Laws of the Game do not specify any player positions other than goalkeeper,[8] but a number of specialised roles have evolved. Broadly, these include three main categories: strikers, or forwards, whose main task is to score goals; defenders, who specialise in preventing their opponents from scoring; and midfielders, who dispossess the opposition and keep possession of the ball in order to pass it to the forwards on their team. Players in these positions are referred to as outfield players, in order to discern them from the single goalkeeper. These positions are further subdivided according to the area of the field in which the player spends most time. For example, there are central defenders, and left and right midfielders. The ten outfield players may be arranged in any combination. The number of players in each position determines the style of the team's play; more forwards and fewer defenders creates a more aggressive and offensive-minded game, while the reverse creates a slower, more defensive style of play. While players typically spend most of the game in a specific position, there are few restrictions on player movement, and players can switch positions at any time.[9] The layout of a team's players is known as a formation. Defining the team's formation and tactics is usually the prerogative of the team's manager.[10]

History

Map showing the popularity of football around the world. Countries where football is the most popular sport are coloured green, while countries where it is not are coloured red. The various shades of green and red indicate the number of players per 1,000 inhabitants.
The modern rules of football are based on the mid-19th century efforts to standardise the widely varying forms of football played at the public schools of England.
The Cambridge Rules, first drawn up at Cambridge University in 1848, were particularly influential in the development of subsequent codes, including association football. The Cambridge Rules were written at Trinity College, Cambridge, at a meeting attended by representatives from Eton, Harrow, Rugby, Winchester and Shrewsbury schools. They were not universally adopted. During the 1850s, many clubs unconnected to schools or universities were formed throughout the English-speaking world, to play various forms of football. Some came up with their own distinct codes of rules, most notably the Sheffield Football Club, formed by former public school pupils in 1857,[11] which led to formation of a Sheffield FA in 1867. In 1862, John Charles Thring of Uppingham School also devised an influential set of rules.[12]
These ongoing efforts contributed to the formation of The Football Association (The FA) in 1863, which first met on the morning of 26 October 1863 at the Freemasons' Tavern in Great Queen Street, London.[13] The only school to be represented on this occasion was Charterhouse. The Freemason's Tavern was the setting for five more meetings between October and December, which eventually produced the first comprehensive set of rules. At the final meeting, the first FA treasurer, the representative from Blackheath, withdrew his club from the FA over the removal of two draft rules at the previous meeting: the first allowed for running with the ball in hand; the second for obstructing such a run by hacking (kicking an opponent in the shins), tripping and holding. Other English rugby football clubs followed this lead and did not join the FA, or subsequently left the FA and instead in 1871 formed the Rugby Football Union. The eleven remaining clubs, under the charge of Ebenezer Cobb Morley, went on to ratify the original thirteen laws of the game.[13] These rules included handling of the ball by "marks" and the lack of a crossbar, rules which made it remarkably similar to Victorian rules football being developed at that time in Australia. The Sheffield FA played by its own rules until the 1870s with the FA absorbing some of its rules until there was little difference between the games.
The laws of the game are currently determined by the International Football Association Board (IFAB). The Board was formed in 1886[14] after a meeting in Manchester of The Football Association, the Scottish Football Association, the Football Association of Wales, and the Irish Football Association. The world's oldest football competition is the FA Cup, which was founded by C. W. Alcock and has been contested by English teams since 1872. The first official international football match took place in 1872 between Scotland and England in Glasgow, again at the instigation of C. W. Alcock. England is home to the world's first football league, which was founded in Birmingham in 1888 by Aston Villa director William McGregor.[15] The original format contained 12 clubs from the Midlands and the North of England. The Fédération Internationale de Football Association (FIFA), the international football body, was formed in Paris in 1904 and declared that they would adhere to Laws of the Game of the Football Association.[16] The growing popularity of the international game led to the admittance of FIFA representatives to the International Football Association Board in 1913. The board currently consists of four representatives from FIFA and one representative from each of the four British associations.
Today, football is played at a professional level all over the world. Millions of people regularly go to football stadiums to follow their favourite teams,[17] while billions more watch the game on television.[18] A very large number of people also play football at an amateur level. According to a survey conducted by FIFA published in 2001, over 240 million people from more than 200 countries regularly play football.[19] While football has the highest global television audience in sport,[20] its simple rules and minimal equipment requirements have no doubt aided its spread and growth in terms of participation.
In many parts of the world football evokes great passions and plays an important role in the life of individual fans, local communities, and even nations. ESPN has spread the claim that the Côte d'Ivoire national football team helped secure a truce to the nation's civil war in 2005. By contrast, football is widely considered to be the final proximate cause in the Football War in June 1969 between El Salvador and Honduras.[21] The sport also exacerbated tensions at the beginning of the Yugoslav wars of the 1990s, when a match between Dinamo Zagreb and Red Star Belgrade devolved into rioting in March 1990.[22]

Laws

There are seventeen laws in the official Laws of the Game. The same laws are designed to apply to all levels of football, although certain modifications for groups such as juniors, seniors, women and the physically challenged are permitted. The laws are often framed in broad terms, which allow flexibility in their application depending on the nature of the game. In addition to the seventeen laws, numerous IFAB decisions and other directives contribute to the regulation of football. The Laws of the Game are published by FIFA, but are maintained by the International Football Association Board, not FIFA itself.[23] The most complex of the laws is offside. The offside law limits the ability of attacking players to remain forward (i.e. closer to the opponent's goal line) of the ball, the second-to-last defending player (which can include the goalkeeper), and the half-way line.[24]

Players, equipment and officials

Each team consists of a maximum of eleven players (excluding substitutes), one of whom must be the goalkeeper. Competition rules may state a minimum number of players required to constitute a team; this is usually seven. Goalkeepers are the only players allowed to play the ball with their hands or arms, provided they do so within the penalty area in front of their own goal. Though there are a variety of positions in which the outfield (non-goalkeeper) players are strategically placed by a coach, these positions are not defined or required by the Laws.[8]
The basic equipment or kit players are required to wear includes a shirt, shorts, socks, footwear and adequate shin guards. Headgear is not a required piece of basic equipment, but players today may choose to wear it to protect themselves from head injury. Players are forbidden to wear or use anything that is dangerous to themselves or another player, such as jewellery or watches. The goalkeeper must wear clothing that is easily distinguishable from that worn by the other players and the match officials.[25]
A number of players may be replaced by substitutes during the course of the game. The maximum number of substitutions permitted in most competitive international and domestic league games is three, though the permitted number may vary in other competitions or in friendly matches. Common reasons for a substitution include injury, tiredness, ineffectiveness, a tactical switch, or timewasting at the end of a finely poised game. In standard adult matches, a player who has been substituted may not take further part in a match.[26]
A game is officiated by a referee, who has "full authority to enforce the Laws of the Game in connection with the match to which he has been appointed" (Law 5), and whose decisions are final. The referee is assisted by two assistant referees. In many high-level games there is also a fourth official who assists the referee and may replace another official should the need arise.[27]

Pitch

Standard pitch measurements (See Imperial version)
As the Laws were formulated in England, and were initially administered solely by the four British football associations within IFAB, the standard dimensions of a football pitch were originally expressed in imperial units. The Laws now express dimensions with approximate metric equivalents (followed by traditional units in brackets), though popular use tends to continue to use traditional units in English-speaking countries with a relatively recent history of metrication, such as Britain.[28]
The length of the pitch for international adult matches is in the range 100–110 m (110–120 yd) and the width is in the range 64–75 m (70–80 yd). Fields for non-international matches may be 91–120 m (100–130 yd) length and 45–91 m (50–101 yd) in width, provided that the pitch does not become square. In 2008, the IFAB set a fixed size of 105 m long and 68 m wide as a standard pitch dimension for A international matches.[29]
The longer boundary lines are touchlines, while the shorter boundaries (on which the goals are placed) are goal lines. A rectangular goal is positioned at the middle of each goal line.[30] The inner edges of the vertical goal posts must be 7.32 m (8 yd) apart, and the lower edge of the horizontal crossbar supported by the goal posts must be 2.44 m (8 ft) above the ground. Nets are usually placed behind the goal, but are not required by the Laws.[31]
In front of each goal is an area known as the penalty area. This area is marked by the goal line, two lines starting on the goal line 16.5 m (18 yd) from the goalposts and extending 16.5 m (18 yd) into the pitch perpendicular to the goal line, and a line joining them. This area has a number of functions, the most prominent being to mark where the goalkeeper may handle the ball and where a penalty foul by a member of the defending team becomes punishable by a penalty kick. Other markings define the position of the ball or players at kick-offs, goal kicks, penalty kicks and corner kicks.[32]

Duration and tie-breaking methods

A standard adult football match consists of two periods of 45 minutes each, known as halves. Each half runs continuously, meaning that the clock is not stopped when the ball is out of play. There is usually a 15-minute half-time break between halves. The end of the match is known as full-time.
The referee is the official timekeeper for the match, and may make an allowance for time lost through substitutions, injured players requiring attention, or other stoppages. This added time is commonly referred to as stoppage time or injury time, and is at the sole discretion of the referee. The referee alone signals the end of the match. In matches where a fourth official is appointed, toward the end of the half the referee signals how many minutes of stoppage time he intends to add. The fourth official then informs the players and spectators by holding up a board showing this number. The signalled stoppage time may be further extended by the referee.[33] Added time was introduced because of an incident which happened in 1891 during a match between Stoke and Aston Villa. Trailing 1–0 and with just two minutes remaining, Stoke were awarded a penalty. Villa's goalkeeper kicked the ball out of the ground, and by the time the ball had been recovered, the 90 minutes had elapsed and the game was over.[34]
In league competitions, games may end in a draw, but in some knockout competitions if a game is tied at the end of regulation time it may go into extra time, which consists of two further 15-minute periods. If the score is still tied after extra time, some competitions allow the use of penalty shootouts (known officially in the Laws of the Game as "kicks from the penalty mark") to determine which team will progress to the next stage of the tournament. Goals scored during extra time periods count toward the final score of the game, but kicks from the penalty mark are only used to decide the team that progresses to the next part of the tournament (with goals scored in a penalty shootout not making up part of the final score).
In competitions using two-legged matches, each team competes at home once, with an aggregate score from the two matches deciding which team progresses. Where aggregates are equal, the away goals rule may be used to determine the winners, in which case the winner is the team that scored the most goals in the leg played away from home. If the result is still equal, kicks from the penalty mark are usually required, though some competitions may require a tied game to be replayed.
In the late 1990s and early 2000s, the IFAB experimented with ways of creating a winner without requiring a penalty shootout, which was often seen as an undesirable way to end a match. These involved rules ending a game in extra time early, either when the first goal in extra time was scored (golden goal), or if one team held a lead at the end of the first period of extra time (silver goal). Golden goal was used at the World Cup in 1998 and 2002. The first World Cup game decided by a golden goal was France's victory over Paraguay in 1998. Germany was the first nation to score a golden goal in a major competition, beating Czech Republic in the final of Euro 1996. Silver goal was used in Euro 2004. Both these experiments have been discontinued by IFAB.[35]

Ball in and out of play

Under the Laws, the two basic states of play during a game are ball in play and ball out of play. From the beginning of each playing period with a kick-off until the end of the playing period, the ball is in play at all times, except when either the ball leaves the field of play, or play is stopped by the referee. When the ball becomes out of play, play is restarted by one of eight restart methods depending on how it went out of play:
A player about to take a free kick
  • Kick-off: following a goal by the opposing team, or to begin each period of play.[6]
  • Throw-in: when the ball has wholly crossed the touchline; awarded to opposing team to that which last touched the ball.[36]
  • Goal kick: when the ball has wholly crossed the goal line without a goal having been scored and having last been touched by a player of the attacking team; awarded to defending team.[37]
  • Corner kick: when the ball has wholly crossed the goal line without a goal having been scored and having last been touched by a player of the defending team; awarded to attacking team.[38]
  • Indirect free kick: awarded to the opposing team following "non-penal" fouls, certain technical infringements, or when play is stopped to caution or send-off an opponent without a specific foul having occurred. A goal may not be scored directly from an indirect free kick.[39]
  • Direct free kick: awarded to fouled team following certain listed "penal" fouls.[39]
  • Penalty kick: awarded to the fouled team following a foul usually punishable by a direct free kick but that has occurred within their opponent's penalty area.[40]
  • Dropped-ball: occurs when the referee has stopped play for any other reason, such as a serious injury to a player, interference by an external party, or a ball becoming defective. This restart is uncommon in adult games.[6]

Misconduct


Players are cautioned with a yellow card, and sent off with a red card. These colours were first introduced at the 1970 FIFA World Cup and used consistently since.
A foul occurs when a player commits an offence listed in the Laws of the Game while the ball is in play. The offences that constitute a foul are listed in Law 12. Handling the ball deliberately, tripping an opponent, or pushing an opponent, are examples of "penal fouls", punishable by a direct free kick or penalty kick depending on where the offence occurred. Other fouls are punishable by an indirect free kick.[5]
The referee may punish a player or substitute's misconduct by a caution (yellow card) or sending-off (red card). A second yellow card at the same game leads to a red card, and therefore to a sending-off. A player given a yellow card is said to have been "booked", the referee writing the player's name in his official notebook.
A player scores a penalty kick given after an offence is committed inside the penalty area
If a player has been sent off, no substitute can be brought on in their place. Misconduct may occur at any time, and while the offences that constitute misconduct are listed, the definitions are broad. In particular, the offence of "unsporting behaviour" may be used to deal with most events that violate the spirit of the game, even if they are not listed as specific offences. A referee can show a yellow or red card to a player, substitute or substituted player. Non-players such as managers and support staff cannot be shown the yellow or red card, but may be expelled from the technical area if they fail to conduct themselves in a responsible manner.[5]
Rather than stopping play, the referee may allow play to continue if doing so will benefit the team against which an offence has been committed. This is known as "playing an advantage". The referee may "call back" play and penalise the original offence if the anticipated advantage does not ensue within a short period, typically taken to be four to five seconds. Even if an offence is not penalised due to advantage being played, the offender may still be sanctioned for misconduct at the next stoppage of play.

Governing bodies

The recognised international governing body of football (and associated games, such as futsal and beach soccer) is the Fédération Internationale de Football Association (FIFA). The FIFA headquarters are located in Zürich.
Six regional confederations are associated with FIFA; these are:
National associations oversee football within individual countries. These are generally synonymous with sovereign states, (for example: the Fédération Camerounaise de Football in Cameroon) but also include a smaller number of associations responsible for sub-national entities or autonomous regions (for example the Scottish Football Association in Scotland) . 208 national associations are affiliated both with FIFA and with their respective continental confederations; an additional 13 are affiliated to continental confederations but not to FIFA.
Some of the football associations not recognised by FIFA are affiliated to the Nouvelle Fédération-Board (NF-Board).

International competitions

A minute's silence before an international match
The major international competition in football is the World Cup, organised by FIFA. This competition takes place over a four-year period. More than 190 national teams compete in qualifying tournaments within the scope of continental confederations for a place in the finals. The finals tournament, which is held every four years, involves 32 national teams competing over a four-week period.[41] The 2006 FIFA World Cup took place in Germany; in 2010 it will be held in South Africa.[42]
There has been a football tournament at every Summer Olympic Games since 1900, except at the 1932 games in Los Angeles. Before the inception of the World Cup, the Olympics (especially during the 1920s) had the same status as the World Cup. Originally, the event was for amateurs only,[16] however, since the 1984 Summer Olympics professional players have been permitted, albeit with certain restrictions which prevent countries from fielding their strongest sides. Currently, the Olympic men's tournament is played at Under-23 level. In the past the Olympics have allowed a restricted number of over-age players per team;[43] but that practice ceased in the 2008 Olympics. The Olympic competition is not generally considered to carry the same international significance and prestige as the World Cup. A women's tournament was added in 1996; in contrast to the men's event, full international sides without age restrictions play the women’s Olympic tournament. It thus carries international prestige considered comparable to that of the FIFA Women's World Cup.
After the World Cup, the most important international football competitions are the continental championships, which are organised by each continental confederation and contested between national teams. These are the European Championship (UEFA), the Copa América (CONMEBOL), African Cup of Nations (CAF), the Asian Cup (AFC), the CONCACAF Gold Cup (CONCACAF) and the OFC Nations Cup (OFC). The FIFA Confederations Cup is contested by the winners of all 6 continental championships, the current FIFA World Cup champions and the country which is hosting the Confederations Cup. This is generally regarded as a warm up tournament for the upcoming FIFA World Cup and does not carry the same prestige as the World Cup itself. The most prestigious competitions in club football are the respective continental championships, which are generally contested between national champions, for example the UEFA Champions League in Europe and the Copa Libertadores de América in South America. The winners of each continental competition contest the FIFA Club World Cup.[44]