THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 21 Januari 2010

Eksplorasi di Indonesia Harus ke Laut Dalam

Eksplorasi di Indonesia Harus ke Laut Dalam
Rabu, 23 September 2009 | 03:13 WIB
Jakarta, Kompas - Penurunan produksi minyak dan gas di Indonesia dapat diatasi bila pemerintah menetapkan kebijakan melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber energi di laut dalam yang masih melimpah. Langkah itu dapat dilakukan dengan mendayagunakan lembaga riset dan perusahaan nasional.
Hal itu dikemukakan pakar energi Kurtubi yang ditanggapi Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Yudi Ananta, Jumat (18/9), bahwa pihaknya telah lama memiliki kemampuan eksplorasi laut dalam dengan didukung fasilitas kapal riset yang dimiliki.
Namun, kegiatan eksplorasi laut dalam masih terbatas untuk penetapan batas landas kontinen, yaitu menggunakan kapal riset Baruna Jaya-2 yang dapat melakukan survei seismik hingga 2 km di bawah permukaan laut.
Untuk eksplorasi migas laut dalam, BPPT akan bekerja sama dengan Pertamina dengan meneliti cekungan di lepas pantai. ”Untuk mengetahui kandungan cekungan itu, data seismik harus lebih detail,” tambah Yudi. Saat ini eksploitasi laut dalam baru dilakukan di Selat Makassar, kedalaman sekitar 1 km.
Secara geologis, menurut Kurtubi, potensi sumber daya migas Indonesia yang terjebak di sekitar 128 cekungan relatif masih sangat besar terutama di kawasan lepas pantai, tetapi kurang tersentuh. ”Banyak negara lain telah go deeper untuk meningkatkan cadangan dan produksi minyaknya,” ujar Kurtubi. Produksi minyak dari laut dalam saat ini lebih dari 70 persen produksi minyak dunia.
Cekungan migas
Menurut Kurtubi, produksi minyak dan gas bumi Indonesia menunjukkan gejala penurunan sejak tahun 1996 dan turun secara drastis mulai tahun 2000. Tahun 1999 produksi Indonesia sekitar 1.537.000 barrel per hari. Tahun ini target pengeboran 960.000 barrel per hari dan tahun 2010 cuma 965.000 barrel per hari.
Sejak tahun lalu Indonesia menjadi pengimpor minyak sepenuhnya (net oil importer) dan keluar dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Menurut Kurtubi, anjloknya produksi minyak mentah karena langkanya penemuan cadangan atau lapangan minyak baru. Produksi hanya mengandalkan lapangan tua yang secara alamiah mengalami penurunan.
”Investasi pencarian cadangan baru menurun, yang direfleksikan oleh anjloknya pengeboran atau penelitian eksplorasi,” urai Kurtubi yang juga dosen ekonomi energi di FEUI.
Menurut Kurtubi, perlu penyempurnaan sistem atau manajemen perminyakan nasional agar BUMN bisa mandiri secara modal dan teknologi. (YUN)

0 komentar: